KomikAlkitab.com | Kumpulan Cerita Alkitab Bergambar untuk Anak
Debora, Hakim Wanita yang Berani - KOMIKALKITAB.COM

Debora, Hakim Wanita yang Berani - KOMIKALKITAB.COM

Pengingat Kasih: Beberapa bagian kisah ini mencerminkan realita kehidupan yang diizinkan Tuhan tercatat dalam Alkitab, termasuk peristiwa yang berat untuk anak-anak. Pendampingan orang tua sangat diperlukan untuk membantu anak memahami bahwa tindakan kekerasan tidak boleh ditiru, melainkan dipahami sebagai bagian dari pembelajaran iman.

Pada zaman itu, Israel tidak punya raja. Semua orang melakukan apa yang mereka anggap benar.


Debora duduk tenang di bawah pohon kurma yang tinggi dan rindang, di antara pegunungan dan padang terbuka. Orang-orang Israel datang dari berbagai arah—ada yang membawa anak, ada yang memegang tongkat atau keranjang—untuk mendengarkan pengajaran dan meminta nasihat. Wajah Debora tampak bijaksana dan penuh damai.


Debora sedang berdoa sendirian di bawah pohon kurma. Tangan terangkat, wajah menengadah, cahaya keemasan dari langit menyinarinya lembut. Ekspresi wajah Debora serius namun damai—ia sedang mendengar suara Tuhan. Angin lembut menggerakkan daun-daun di sekitar.


Debora berdiri tegas di hadapan Barak, seorang pemimpin pasukan Israel yang gagah tapi tampak ragu. Mereka berada di luar tenda, dikelilingi perbukitan dan pepohonan. Debora menunjuk ke kejauhan seolah memberi perintah dari Tuhan. Barak mendengarkan dengan serius, tangannya menyentuh pedangnya.


Barak tampak gugup dan memohon pada Debora. Ia mengangkat satu tangan seolah meminta tolong, sementara Debora berdiri di sampingnya dengan wajah tenang dan penuh keyakinan. Barak berkata, “Jika engkau turut pergi, aku akan pergi. Tapi jika engkau tidak pergi, aku pun tidak akan pergi.”


Debora dan Barak berjalan bersama melewati padang terbuka dengan latar gunung dan langit cerah. Debora berjalan dengan tenang di depan, menunjukkan arah, sementara Barak mengikutinya sambil membawa pedangnya. Di kejauhan tampak sekelompok kecil prajurit mulai berkumpul. Wajah Debora mantap, dan Barak tampak lebih percaya diri.


Di puncak Gunung Tabor yang hijau dan menjulang, pasukan Israel—10.000 orang—berkumpul. Mereka membawa tombak, perisai, dan bendera, siap berperang. Di tengah kerumunan, Barak berdiri tegap sebagai pemimpin, dan Debora tampak berdiri di dekatnya, tenang dan penuh keyakinan. Awan-awan putih menghiasi langit biru di atas mereka.


Pasukan Israel yang dipimpin oleh Barak sedang bertempur dengan gagah berani melawan pasukan musuh di bawah pimpinan Sisera. 

Sisera adalah panglima tentara Kanaan yang dipimpin oleh Raja Yabin. Ia adalah musuh utama bangsa Israel pada masa hakim Debora. Sisera memimpin pasukan dengan 900 kereta besi dan menindas orang Israel selama 20 tahun.

Dengan bantuan Tuhan, pasukan Israel berhasil membuat musuh ketakutan. Awan gelap muncul dan hujan lebat mengguyur medan perang, membuat kereta-kereta besi milik musuh macet di lumpur. Tuhan sendiri turun tangan untuk menolong umat-Nya!


Sisera melihat pasukannya kalah. Ia ketakutan! Dengan cepat, ia melompat turun dari keretanya dan lari menyelamatkan diri. Tapi ke mana ia akan pergi?


Pasukan musuh dikalahkan, dan Sisera, panglima tentara Kanaan, ketakutan dan melarikan diri dari pertempuran. Ia meninggalkan keretanya dan berlari sendirian ke arah pedesaan, berharap bisa menemukan tempat persembunyian. Tapi rencana Tuhan terus berjalan — dan Sisera tidak akan bisa melarikan diri dari keadilan Tuhan.


Setelah pasukan Kanaan dikalahkan, Sisera melarikan diri dari medan perang. Ia berlari ke arah kemah Yael, istri Heber orang Keni, yang bersahabat dengan Raja Yabin. Yael menyambut Sisera dengan ramah dan menawarkan tempat untuk bersembunyi. Sisera masuk ke dalam kemah, dan Yael menutupinya dengan selimut. Ia meminta air, tetapi Yael memberinya susu hangat, lalu Sisera tertidur dengan nyenyak.


Sisera yang kelelahan akhirnya menemukan tempat persembunyian di tenda seorang wanita bernama Yael. Ia tidak tahu bahwa Yael sebenarnya memihak bangsa Israel. Yael menyambut Sisera dengan ramah, memberinya susu, dan menyelimutinya. Sisera merasa aman dan tertidur pulas, tidak menyadari bahwa akhir hidupnya semakin dekat.



Diam-diam, Yael mengambil pasak dan palu, lalu dengan keberanian luar biasa, menancapkan pasak itu ke Sisera. Begitulah cara Tuhan memakai seorang wanita lain, Yael, untuk mengalahkan musuh Israel. Sisera pun mati di tangan Yael, bukan di medan perang. Tindakan Yael ini menggenapi nubuat Debora bahwa seorang perempuan akan mengalahkan Sisera.


Mazmur 27:1 (TB):

"TUHAN adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? TUHAN adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar?"


Catatan: Beberapa bagian dari cerita ini mungkin disederhanakan dari kisah aslinya di Alkitab agar anak-anak lebih mudah memahami inti pesannya.

Nuh dan Bahtera Raksasa - KOMIKALKITAB.COM

Nuh dan Bahtera Raksasa - KOMIKALKITAB.COM

 Pada zaman dahulu, dunia penuh dengan kejahatan. Orang-orang tidak peduli kepada Tuhan. Tapi ada satu orang bernama Nuh, yang hidup baik dan menyenangkan hati Tuhan.


Tuhan melihat bahwa hanya Nuh yang hidup benar. Maka Tuhan memanggil Nuh dan berkata, 'Aku akan menghapus semua yang jahat dari bumi. Tapi engkau, Nuh, akan Kuselamatkan. Buatlah sebuah bahtera yang besar!'


Nuh percaya kepada Tuhan dan mulai membangun bahtera yang besar, seperti yang diperintahkan Tuhan. Ia bekerja keras bersama keluarganya, meskipun orang-orang mengejek mereka.


Tuhan menyuruh binatang-binatang datang kepada Nuh, dua-dua sepasang. Semua binatang jinak dan liar masuk ke dalam bahtera. Nuh dan keluarganya memastikan semuanya masuk dengan aman.


Setelah semuanya masuk, Tuhan menutup pintu bahtera. Hujan mulai turun. Tetes demi tetes, lalu menjadi deras. Air mulai menutupi bumi.


Hujan turun selama empat puluh hari dan empat puluh malam. Air menutupi seluruh bumi, bahkan puncak gunung pun tenggelam. Hanya Nuh, keluarganya, dan binatang-binatang di dalam bahtera yang selamat.



Setelah hujan berhenti dan air mulai surut, Nuh melepaskan seekor burung untuk melihat apakah bumi sudah kering. Burung itu terbang dan kembali karena belum menemukan tempat bertengger.


Tujuh hari kemudian, Nuh melepaskan merpati sekali lagi. Kali ini, burung itu kembali membawa daun zaitun di paruhnya. Tanda bahwa air sudah mulai surut, dan bumi mulai kembali hidup.


Akhirnya, bahtera itu berhenti di atas Gunung Ararat. Air semakin surut, dan daratan mulai terlihat. Tuhan menjaga Nuh dan semua yang ada di dalam bahtera dengan aman.


Ketika bumi sudah kering, Tuhan berkata kepada Nuh, 'Keluarlah dari bahtera, kamu dan semua makhluk bersamamu.' Maka Nuh, keluarganya, dan semua binatang keluar dengan sukacita.



Sebagai ucapan syukur, Nuh membangun mezbah dan mempersembahkan korban kepada Tuhan. Tuhan menerima persembahan itu dengan senang hati dan memberkati Nuh dan keturunannya.



Tuhan berjanji kepada Nuh bahwa Ia tidak akan menghancurkan bumi lagi dengan air bah. Sebagai tanda perjanjian-Nya, Tuhan menaruh pelangi di langit.



Ayat Hafalan (Amsal 3:5 TB):

"Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.."


Catatan: Beberapa bagian dari cerita ini mungkin disederhanakan dari kisah aslinya di Alkitab agar anak-anak lebih mudah memahami inti pesannya.

Ehud Si Kidal - KOMIKALKITAB.COM

Ehud Si Kidal - KOMIKALKITAB.COM

Pengingat Kasih: Beberapa bagian kisah ini mencerminkan realita kehidupan yang diizinkan Tuhan tercatat dalam Alkitab, termasuk peristiwa yang berat untuk anak-anak. Pendampingan orang tua sangat diperlukan untuk membantu anak memahami bahwa tindakan kekerasan tidak boleh ditiru, melainkan dipahami sebagai bagian dari pembelajaran iman.

Bangsa Israel kembali melakukan kejahatan di mata Tuhan setelah mati hakim sebelumnya. Akhirnya Tuhan membiarkan mereka ditindas oleh Eglon, raja Moab.



Raja Eglon dari Moab memiliki tubuh yang sangat gemuk, wajahnya sombong licik dan jahat. Ia sedang tertawa puas karena berhasil menaklukkan Israel. Di sekelilingnya, terlihat orang-orang Israel yang ditawan, sedang bekerja keras membawa upeti dengan ekspresi sedih.


Orang-orang Israel yang tertindas akhirnya berkumpul mengangkat tangan ke langit, wajah-wajah mereka penuh harap dan air mata. Mereka berdoa dan memohon pertolongan Tuhan.


Salah satu dari Bangsa Israel pada jaman itu adalah Ehud, seorang pria muda dan kuat dengan wajah bijak dan berani, berdiri di tengah kerumunan orang Israel yang mulai bersukacita. Ia mengenakan pakaian sederhana namun tampak tegas dan penuh semangat. Tangannya yang kiri menggenggam erat pedang pendek yang belum terlihat oleh orang lain—menandakan bahwa ia adalah seorang kidal.


Ehud sedang duduk di tempat tersembunyi, fokus menempa sebuah pedang pendek bermata dua. Tangannya yang kiri memegang alat dan besi dengan terampil. Di sekitarnya ada peralatan pandai besi sederhana. Wajahnya serius, menandakan bahwa ini adalah misi penting dari Tuhan. Tidak ada orang lain yang melihat karena ini adalah rahasia.


Ehud bersama beberapa orang Israel berjalan menuju istana Raja Eglon sambil membawa upeti. Ehud terlihat menyembunyikan pedang di bawah pakaian di sisi kanannya. Rombongan membawa keranjang berisi buah, gandum, dan barang-barang berharga. Ekspresi mereka tampak tenang namun penuh rencana.


Di dalam istana megah, Ehud berdiri di hadapan Raja Eglon sambil menyerahkan upeti. Raja duduk di atas takhta besar, dikelilingi penjaga dan pelayan. Wajah Eglon tampak puas dan sombong, sementara Ehud terlihat tenang dan hormat—menyembunyikan niat di balik tatapannya.



Setelah menyerahkan upeti, Ehud berpamitan dan berjalan bersama rombongannya ke arah keluar istana. Namun di pertengahan jalan, Ehud berhenti dan memberi isyarat agar rombongan pulang lebih dulu. Ia menoleh ke arah istana dengan wajah serius, menunjukkan bahwa ia punya rencana tersendiri.


Setelah rombongannya pergi, Ehud berbalik dan berjalan kembali ke istana sendirian. Dengan langkah tenang tapi berani, ia menuju gerbang besar istana sambil menggenggam erat gagang pedang tersembunyi.



Ehud diterima menghadap Raja Eglon lagi. Ia mendekat dan membisikkan, "Aku ada pesan rahasia dari Tuhan untukmu." Raja Eglon, penasaran, menyuruh semua penjaga keluar dari ruangan.


Setelah ruangan kosong dari penjaga, Ehud mendekati Raja Eglon. Dengan cepat, Ehud menghunus pedang pendek dari sisi kanannya — karena Ehud kidal — siap untuk melancarkan aksinya. Ehud dengan cepat menusukkan pedangnya ke perut Raja Eglon. Karena Raja Eglon sangat gemuk, pedang itu tertelan seluruhnya ke dalam tubuhnya.


Para penjaga berdiri di luar pintu kamar Raja Eglon. Mereka terlihat bingung dan ragu. Mereka berpikir Raja sedang beristirahat, jadi mereka menunggu dan tidak langsung masuk ke dalam.



Sementara para penjaga masih menunggu di istana, Ehud berhasil melarikan diri. Ia berlari melewati padang dan pegunungan, menuju tempat yang aman di daerah Seira. 


Setibanya Ehud di daerah pegunungan Seira, tempat yang aman. Ia meniup trompet keras-keras untuk memanggil orang Israel berkumpul.


Orang-orang Israel berkumpul di sekitar Ehud. Dengan semangat, Ehud memimpin mereka menyerbu pasukan Moab yang sudah bingung dan ketakutan.


Pasukan Israel dengan mudah mengalahkan orang-orang Moab. Mereka memenangkan kemenangan besar karena Tuhan menolong mereka!


Israel hidup dalam damai selama delapan puluh tahun setelah itu. Semua orang bersyukur kepada Tuhan yang sudah membebaskan mereka melalui Ehud si kidal.


Ayat Hafalan (Mazmur 9:10 TB)

"Demikianlah TUHAN adalah tempat perlindungan bagi orang yang terinjak, tempat perlindungan pada waktu kesesakan."


Catatan: Beberapa bagian dari cerita ini mungkin disederhanakan dari kisah aslinya di Alkitab agar anak-anak lebih mudah memahami inti pesannya.

Yunus di Perut Ikan - KOMIKALKITAB.COM

Yunus di Perut Ikan - KOMIKALKITAB.COM

 

Yunus adalah orang baik yang suka mendengarkan Tuhan. Suatu hari, Tuhan memberinya tugas penting untuk pergi ke kota Niniwe dan katakan kepada orang-orang di sana agar berhenti berbuat jahat.



Tapi Yunus memilih kabur! Ia takut dan tidak mau pergi ke Niniwe. "Ah… aku tidak mau ke sana," pikir Yunus. Yunus pergi ke pelabuhan untuk naik kapal karena Ia ingin menjauh dari tugas Tuhan.


Saat kapal sudah di tengah laut, tiba-tiba langit jadi gelap. Angin bertiup kencang! Ombak besar datang! Kapal bergoyang-goyang! Semua orang yang ada di kapal sangat ketakutan. “Apa yang sedang terjadi?” teriak mereka.



Badai makin besar! Kapal hampir tenggelam! Para pelaut panik. Yunus berdiri dan berkata, “Aku tahu kenapa ini terjadi. Aku lari dari Tuhan. Kalau kalian lempar aku ke laut, badai ini akan berhenti,” katanya. Semua orang di kapal ingin selamat dan akhirnya, mereka mengangkat Yunus dan membuangnya ke laut, seketika itu badai pun berhenti.



Yunus tenggelam di laut yang dalam… Air dingin di sekitarnya, tidak ada kapal, tidak ada daratan. Lalu… “GLUP!” Seekor ikan besar datang dan menelan Yunus!



Di dalam perut ikan yang gelap dan sepi, Yunus mulai berdoa dengan sungguh-sungguh. 
Ikan itu terus berenang di laut luas dan dalam, sementara Yunus terus berdoa setiap hari. Tuhan mendengar doa Yunus. Ia sangat sayang kepada Yunus.



Setelah tiga hari di dalam perut ikan, 
ikan besar itu mendekat ke tepi pantai. “Tuuuuhh!”
Ikan itu memuntahkan Yunus ke pasir yang hangat. Yunus terbaring di pantai, basah dan lelah, tapi ia sangat bersyukur. “Terima kasih, Tuhan… Engkau telah menyelamatkanku,”
kata Yunus dengan senyum di wajahnya.



Selepas dimuntahkan dari ikan besar, Yunus segera ke Kota Niniwe untuk menjalankan tugas dari Tuhan agar orang-orang Niniwe bertobat.



Sesampainya di Niniwe Yunus memberitakan kabar dari Tuhan untuk semua orang di Niniwe untuk bertobat agar tidak mendapat hukuman dari Tuhan.



Semua orang di Niniwe mendengarkan berita dari Tuhan melalui Yunus, mereka bertobat dan meminta pengampunan dari Tuhan.



Karena semua orang Niniwe bertobat, maka Tuhan tidak menghukum mereka



Ayat Hafalan (Yunus 2:2, TB):

"Dalam kesusahanku aku berseru kepada TUHAN, dan Ia menjawab aku, dari tengah-tengah dunia orang mati aku berteriak, dan Kaudengarkan suaraku."


Catatan: Beberapa bagian dari cerita ini mungkin disederhanakan dari kisah aslinya di Alkitab agar anak-anak lebih mudah memahami inti pesannya.